BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
ekonom klasik seperti Adam Smith berpendapat bahwa pasar bebas akan cenderung ke arah keseimbangan ekonomi melalui mekanisme harga. “That is, any excess supply (market surplus or glut) would lead to price cuts , which decrease the quantity supplied (by reducing the incentive to produce and sell the product) and increase the quantity demanded (by offering consumers bargains), automatically abolishing the glut”. Artinya, ada kelebihan pasokan (surplus pasar atau kekenyangan) yang akan menghasilkan potongan harga, penurunan jumlah yang ditawarkan (dengan mengurangi insentif untuk memproduksi dan menjual produk) dan meningkatkan kuantitas yang diminta (dengan menawarkan konsumen tawar-menawar), secara otomatis akan menghapuskan kekenyangan. Demikian pula, dalam pasar bebas, setiap permintaan berlebih (atau kekurangan) akan menyebabkan kenaikan harga, mengurangi kuantitas yang diminta (sebagai pelanggan adalah harga keluar dari pasar) dan meningkatkan jumlah yang ditawarkan (sebagai insentif untuk memproduksi dan menjual produk naik). Seperti sebelumnya, disekuilibrium (di sini, kekurangan) menghilang. Penghapusan ini otomatis membedakan situasi pasar dari perencanaan pusat skema, yang sering mengalami kesulitan mendapatkan harga yang tepat dan menderita kekurangan terus-menerus dari barang dan jasa.
Pandangan ekonomi klasik tersebut diserang oleh 2 pandangan yang berbeda yaitu, aliran utama ekonomi modern, Poin untuk kasus-kasus di mana kesetimbangan tidak sesuai dengan kliring pasar (tetapi bukan untuk pengangguran ), seperti dengan hipotesis efisiensi upah di ekonomi tenaga kerja. Dalam beberapa hal paralel adalah fenomena penjatahan kredit , di mana bank mempertahankan suku bunga rendah untuk menciptakan kelebihan permintaan untuk pinjaman, sehingga mereka bisa memilah dan memilih siapa yang meminjamkan kepada bank. Lebih jauh, keseimbangan ekonomi bisa sesuai dengan monopoli , di mana perusahaan monopoli menjaga kekurangan buatan untuk menopang harga dan memaksimalkan keuntungan.
Di sisi lain, sekolah Austria dan Joseph Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka pendek adalah ekuilibrium pernah dicapai karena semua orang selalu berusaha mengambil keuntungan dari sistem harga dan sebagainya selalu ada dinamika dalam sistem. kekuatan pasar yang bebas itu tidak menciptakan statis atau ekuilibrium umum tetapi dalam mengatur sumber daya untuk memenuhi keinginan individu dan menemukan metode terbaik untuk membawa perekonomian ke depan.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan pasar barang dan bagaimana kurva yang terbentuk?
B. Bagaimana pandangan Islam terhadap pasar barang dan kurva yang terjadi?
C. Apa saja yang mempengaruhi keseimbangan pasar barang?
1.3 Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui pengertian pasar barang dan bentuk kurva yang terbentuk.
B. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pasar barang dan kurva yang terjadi.
C. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan pasar barang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pasar Barang Dan Kurva IS
Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Dalam ekonomi konvensional, kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada di dalam keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik di pasar barang maupun di pasar uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga dihapuskan.
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”.
Dengan asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang direncanakan sebagai:
o jumlah konsumsi C,
o investasi yang direncanakan I,
o pembelian pemerintah G.
E = C + I + G
Dimana : C = C(Y – T)
Persamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y – T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan pajak pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :
E = C(Y – T) + I + G
Selanjtunya perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat Y sebagai GDP aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :
Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Yang Direncanakan
Y = E
Dapat disimpulkan, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan jasa. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kiri.
a) Keseimbangan di Pasar Barang
Penciptaan atau pengadaan barang diawali oleh proses proses pengadaan yang di biayai oleh investasi. Besar kecilnya investasi nasional berdasarkan teori keynes sedikit banyak tergantung dari besar kecilnya tingkat tabungan nasional yang pola perilakunya bergantung pada tingkat suku bunga, sedangkan besar kecilnya tabungan bergantung pada besar kecilnya tingkat pendapatan nasional, sehingga dalam pasar barang yang sangat berperan adalah besar kecilnya tabungan dan investasi.
Tabungan merupakan sisa dari pendapatan yang tidak di konsumsi (S = Y – C ), yang dalam jangka pendek fungsi tabungan itu adalah S = -Co + s Y, di mana S adalah MPS sedangkan investasi adalah pengeluaran secara sengaja dalam rangka memperbesar kapasitas produksi untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Dengan demikian, investasi yang di bahas di sini adalah investasi induced ( bergantung pada tingkat suku bunga ) yang persamaan fungsinya dalam jangka pendek adalah I = Io – er
di mana e adalah ∆I/∆r = marginal propensity of interest.
Dalam hal tertentu memang tabungan bergantung pada tingkat pendapatan, tetapi apabila persamaan tabungan kita ubah maka bila S = -Co + s Y akan menjadi Y = S/MPS + Co/MPS, artinya besar kecil tingkat pendapatan sedemikian hingga juga bergantung pada besar kecilnya tingkat tabungan yang ada. Demikian juga dengan investasi, bila dalam kenyataan tingkat investasi bergantung pada tingkat bunga, maka berikut ini tingkat bunga justru bergantung dari besarnya tingkat investasi dengan persamaan fungsi adalah r = Io/e – I/e.
Itu sebabnya dalam mekanisme pasar, hunungan antara tingkat tabungan dengan pendapatan dan hubungan antara tingkat investasi dengan suku bunga saling timbal balik, dan karenanya perlu dicari keseimbangan nilai suku bunga dan pendapatan nasional agar kondisi pasar barang relatif stabil. Untuk menyeimbangkan pasar barang tersebut, maka:
Bila S = -Co + Sy dan I = Io – er, keseimbangan terjadi bila I = S, sehingga : -Co + Sy = Io –er, Sy = Io + Co – er er = Io + Co – Sy
Dengan demikian:
1. Pendapatan nasional keseimbangan untuk pasar baramg adalah:
2. Suku bunga keseimbangan untuk pasar barang adalah:
b) Contoh soal untuk keseimbangan IS
Bila misalkan dalam suatu perekonomian indonesia tahun 1998 fungsi konsumsinya adalah C = 30 + 0,75 Y, dan fungsi investasinya adalah I = 10 – 10,5r maka keseimbangan pasar barang pada perekonomian tersebut akan terjadi bila pendapatan nasional adalah sebagai berikut:
Bial C = 30 + 0,75Y, maka S = -30 + 0,25Y
Persamaan keseimbangan dalam pasar barang Y= 160 -42r artinya bial suku bunga naik sebesar 1%, maka pendapatan nasional akan berkurang sebesar Rp. 42, sebaliknya, bila suku bunga turun sebesar 1%, maka pendapatan nasional akan meningkat/bertambah sebesar Rp. 42, selanjutnya, dari persamaan di atas dapat diubah menjadi persamaan suku bunga keseimbangan, yaitu r=3,81- 0,042Y. dari persamaan ini dapat dijelaskan bahwa bila pendapatan nasional naik sebesar Rp. 1, maka suku bunga akan turun sebesar 0,042%, sebaliknya bila pendapatan nasional turun sebesar Rp.1, maka suku bunga akan naik/bertambah sebesar 0,042.
Bila persamaan keseimbangan pasar barang tersebut digambarkan dalam suatu grafik terlihat seperti berikut (catatan: sebenarnya kurva IS tidaklah lurus sebagaimana gambar di bawah ini)
Perhatikan gambar di atas, tampak bahwa kurva IS berslope negatif, artinya terdapat hubungan terbalik antara pendapatan dan suku bunga, yaitu manakala suku bunga turun maka pendapatan nasional naik, sebaliknya, manakala suku bunga naik, maka pendaatan nasional turun.
Berdasarkan persamaan diatas, maka dalam perkonomian indonesia tahun 1998 tersebut keseimbangan pasar barang hanya akan terjadi pada batas suku bunga tertinggi pada tingkat 3,81% dan tingkat pendapatan tertinggi berada pada Rp. 160. Dengan demikian, bila terdapat suatu kekuatan baru yang mampu membawa tingkat suku bunga berada di bawah 3,81% dengan pendapatan nasional yang besarnya berada di atas 160, maka perekonomian akan mengalami ketidakseimbangan sementara (berdasarkan fungsi konsumsi dan investasi semula). Dengan demikian akan ditentukan keseimbangan berikutnya.
Untuk pembuktian, jika suku bunga sebesar 2% , maka Y= 160-42(1)= 118, BILA r =2% maka Y = 76, bila r = 2,5% maka Y = 55, bila r = 5% maka Y = -50 dan seterusnya, bila angka ini dimasukkan dalam persamaan investasi dan tabungan maka:
1. Untuk r = 1% maka Y= 118 S = -30 + 0,25 (118) = I = 10 – 10,5 (1) = -0,5
2. Untuk r = 2% maka Y= 76 S = -30 + 0,25 (76) = I = 10 – 10,5 (2) = -11
3. Untuk r = 2,5% maka Y= 55 S = -30 + 0,25 (55)
= I = 10 – 10,5 (2,5) = -16,25
4. Untuk r = 5% maka Y= -50 S = -30 + 0,25 (-50) = I = 10 – 10,5 (5) = 42,5
5. Bila Y = 170 maka r = -0,24 (hanya contoh angka) S = -30 + 0,25(170) = I = 12
Perhatikan bahwa manakala suku bunga dan tingkat pendapatan nasional seperti yang terdapat pada nomor 1 dan 2, maka I = S. artinya terjadi keseimbangan di pasar barang. Akan tetapi, manakala suku bunga berada di atas 3,82 %, seperti yang tertera pada nomor 4 dan 5, meskipun I = S, tetapi keseimbangan berada di luar batas garis kesepadanan IS berdasarkan fungsi awalnya sebagaimana diperlihatkan dalam gambar berikut.
Sebagaimana yang dapat di lihat pada gambar di atas. Tampak bahwa keseimbangan yang disebabkan r > 3.81 dan Y> 160 berada pada garis kesepadanan IS di luar kuadran I ( koordinat negatif ), yang dapat di artikan sebagai suatu yang maya. Dengan demikian keseimbangan terbaik di pasar barang untuk kasus C = 30 + 0,7Y dan I = 10 – 10,5r adalah bila suku bunga di antara 0 –3,81 dan pendapatan nasional antara 0 – 160 karena masih berada dalam garis kesepadanan IS dalam kuadran I.
Menurut Mankiw, sebenarnya tidak dapat dijelaskan adanya hubungan lansung antara suku bunga dan pendapatan nasional sepanjang kurva IS tersebut. jadi, kurva IS hanya menunjukan fungsi anatara
Kurva IS dapat juga di bentuk dengan cara menurunkan kurva yang berkaitan. Kuadran I adalah kurva fungsi investasi yang berslope negatif, karena hubungan berbanding terbalik antara suku bunga dan investasi. Sedangkan kuadran II adalah kurva kesepadanan (45o) yang menunjukan bahwa antara investasi dan tabungan mengalami keseimbangan.
Kuadran III adalah kurva tingkat tabungan yang berasal dari pendapatan. Kurva ini berslope positif, artinya manakala pendapatan meningkat, maka tabungan akan juga meningkat. Begitu juga sebaliknya. Kuadran IV adalah kurva IS yang berslope negatif, yaitu keseimbangan pendapatan nasional dan suku bunga di pasar barang.
B. Pasar Barang dan Kurva IS Dalam Persfektif Islam
Pada system ekonomi Islam bunga tidak diberlakukan, sehingga keseimbangan di pasar barang pada ekonomi Islam ini sangat berbeda dengan keseimbangan pasar barang pada system ekonomi konvensional. Hal ini karena system bunga dihapuskan dan diganti dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (r). Secara matematis, hubungan fungsional antara pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dan pendapatan (Y) dapat dinyatakan sebagai berikut :
C = f ( Y) dengan C = C1 + C2
C1 = pendapatan muzakki ; C2 = pendapatan mustahiq
Investasi perusahaan dalam ekonomi Islam tergantung dari tingkat keuntungan yang diharapkan dan biaya asset yang kurang produktif. Makin tinggi keuntungan yang diharapkan, dan makin besar biaya asset yang kurang produktif maka semakin besar investasi yagn dilaksanakan dan sebaliknya.
Dalam analisis keseimbangan sektot riil, kondisi keseimbangan perekonomian dapat digambarkan kedalam sebuah kurva yang disebutkan kurva ISI. Kurva ISI adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat keuntungan yang diharapkan ( R) dan pendaptan nasional (Y), yang dimana pasar barang berada dalam kondisi keseimbangan .
Pergeseran fungsi investasi dan fungsi tabungan (atau fungsi konsumsi) akan mengakibatkan pergeseran kurva ISI. Kenaikan biaya atas asset yang kurang produktif (menganggur) akan menyebabkan meningkatnya permintaan investasi dan sepanjang tidak ada perubahan fungsi tabungan, akan mengakibatkan pergeseran kurva ISI ke kanan bawah.
C. Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Keseimbangan Pasar
Dalam diagram, set sederhana menggambarkan dari kurva penawaran dan permintaan, kuantitas yang diminta dan ditawarkan pada harga P adalah sama.
Pada setiap harga di atas penawaran P melebihi permintaan, sedangkan pada harga di bawah P kuantitas yang diminta melebihi yang disediakan. Dengan kata lain, harga di mana permintaan dan penawaran tidak seimbang yang disebut poin disekuilibrium, menciptakan kekurangan dan kelebihan pasokan. Perubahan kondisi permintaan atau penyediaan akan menggeser kurva permintaan atau penawaran. Hal ini akan menyebabkan perubahan harga keseimbangan dan kuantitas di pasar.
Coba Pertimbangkan permintaan berikut dan skedul penawarannya:
Harga ($) | Permintaan | Persediaan |
8,00 | 6.000 | 18.000 |
7,00 | 8.000 | 16.000 |
6,00 | 10.000 | 14.000 |
5,00 | 12.000 | 12.000 |
4,00 | 14.000 | 10.000 |
3,00 | 16.000 | 8.000 |
2,00 | 18.000 | 6.000 |
1,00 | 20.000 | 4.000 |
- Harga ekuilibrium di pasar adalah $ 5,00 di mana permintaan dan penawaran yang sama pada 12.000 unit
- Jika harga pasar saat ini adalah $ 3,00 - akan ada permintaan berlebih untuk 8.000 unit, menciptakan kekurangan.
- Jika harga pasar saat ini adalah $ 8.00 - akan ada kelebihan pasokan 12.000 unit.
Bila ada kekurangan di pasar kita melihat bahwa, untuk memperbaiki ketidakseimbangan ini, harga barang yang akan ditingkatkan kembali ke harga $ 5.00, dengan demikian mengurangi kuantitas yang diminta dan meningkatkan kuantitas yang ditawarkan dengan demikian bahwa pasar seimbang.
Jika ada kelebihan pasokan barang, seperti saat harga di atas $ 6,00, maka kita melihat bahwa produsen akan menurunkan harga untuk meningkatkan kuantitas yang diminta untuk kebaikan, sehingga menghilangkan kelebihan dan mengambil pasar kembali ke ekuilibrium.
a) Perubahan Harga
Perubahan harga keseimbangan dapat terjadi melalui perubahan baik dalam pasokan atau permintaan jadwal. Misalnya, peningkatan permintaan melalui peningkatan tingkat pendapatan disposable dapat menghasilkan permintaan baru dan jadwal pasokan, seperti berikut:
Harga ($) | Permintaan | penawaran |
8,00 | 10.000 | 18.000 |
7,00 | 12.000 | 16.000 |
6,00 | 14.000 | 14.000 |
5,00 | 16.000 | 12.000 |
4,00 | 18.000 | 10.000 |
3,00 | 20.000 | 8.000 |
2,00 | 22.000 | 6.000 |
1,00 | 24.000 | 4.000 |
Di sini kita melihat bahwa peningkatan pendapatan yang dibelanjakan akan meningkatkan kuantitas yang diminta dari yang baik dengan 4.000 unit dengan harga masing-masing. Hal ini memiliki pengaruh perubahan harga di mana kuantitas yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta. Dalam hal ini kita melihat bahwa dua sama satu sama lain dengan harga meningkat sebesar $ 6,00. Peningkatan permintaan akan memiliki pengaruh yang menggeser kurva permintaan ke kanan. Perhatikan bahwa penurunan disposable income akan memiliki efek berlawanan di pasar ekuilibrium.
Kami juga akan melihat perilaku yang sama di harga bila ada perubahan dalam jadwal pasokan, terjadi melalui perubahan teknologi, atau melalui perubahan biaya bisnis. Peningkatan teknologi atau penurunan biaya akan memiliki efek meningkatkan kuantitas yang ditawarkan dengan harga masing-masing, sehingga mengurangi harga ekuilibrium. Di sisi lain, penurunan atau peningkatan teknologi biaya bisnis akan menurunkan kuantitas yang ditawarkan dengan harga masing-masing, sehingga meningkatkan harga ekuilibrium.
Anggaplah untuk beberapa alasan GNP aktual, Y 1, adalah lebih tinggi dari ekuilibrium GNP, Y', seperti yang ditunjukkan dalam diagram sebelah. Dalam hal ini permintaan agregat dibaca dari fungsi AD M. (Y 1) sepanjang sumbu vertikal. Kami proyek penawaran agregat, Y 1, dengan sumbu vertikal dengan menggunakan 45 °-line sehingga kita dapat membandingkan penawaran dengan permintaan. Ini membantu kita untuk melihat bahwa Y 1>AD (Y 1), yaitu, penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat.
Total Ketika permintaan kurang dari persediaan yang ada, barang akan mulai menumpuk di rak-rak di toko-toko. Itu karena, atas dasar harga berlaku (dan faktor lainnya tetap), rumah tangga, bisnis dan pemerintah lebih suka membeli kurang dari tersedia untuk dijual. Dengan demikian, persediaan mulai naik. Pedagang, berhadapan dengan mengisi gudang, mengirim barang pesanan kepada produsen lebih sedikit. Produsen menanggapi perintah yang lebih sedikit dengan memproduksi kurang, dan dengan demikian GNP mulai jatuh.
Sebagai GNP turun, pendapatan netto juga turun yang menyebabkan penurunan permintaan agregat juga. Dalam diagram, ini dipandang sebagai suatu gerakan sepanjang kurva AD dari Y 1 ke Y '. Namun, GNP jatuh pada tingkat yang lebih cepat, di sepanjang garis Y = AD dalam diagram. Akhirnya, penurunan penawaran agregat menangkap sampai dengan penurunan permintaan saat kesetimbangan dicapai pada Y '. Pada titik ini, permintaan agregat sama dengan penawaran agregat dan tidak ada lagi akumulasi persediaan.
Adalah penting untuk mengenali persepsi umum / intuisi yang tidak terus dalam proses penyesuaian keseimbangan. Banyak siswa membayangkan kasus persediaan meningkat dan bertanya, "apakah produsen akan menurunkan harga mereka untuk membuang kelebihan?" Dalam situasi dunia nyata ini sering akan terjadi, bahwa respons melanggar asumsi ceteris paribus model ini. Kami mengasumsikan di sini bahwa tingkat harga US, P $, dan akibatnya semua harga dalam perekonomian, tetap tetap dalam penyesuaian ke ekuilibrium baru. Kemudian, dengan versi yang lebih rumit model, beberapa fleksibilitas harga dianggap.
c) GNP Terlalu Rendah
Anggaplah untuk beberapa alasan, GNP aktual, Y2, lebih rendah dari ekuilibrium GNP, Y ', seperti yang ditunjukkan dalam diagram sebelah. Dalam hal ini permintaan agregat dibaca dari fungsi AD M. (Y 2) sepanjang sumbu vertikal. Kami memproyeksikan penawaran agregat, Y 2, dengan sumbu vertikal dengan menggunakan 45 °. Hal ini menunjukkan bahwa AD (Y 2)> Y 2, yaitu permintaan agregat lebih besar daripada penawaran agregat.
Ketika jumlah permintaan melebihi pasokan, persediaan barang yang sebelumnya telah terakumulasi akan mulai habis di toko. Itu karena, atas dasar harga berlaku (dan semua parameter eksogen tetap lainnya), rumah tangga, bisnis dan pemerintah lebih memilih untuk membeli lebih dari yang dibutuhkan untuk menjaga stok pada tingkat yang konstan. Pedagang berhadapan dengan persediaan habis dan kemungkinan kehabisan barang untuk menjual, mengirim perintah kepada produsen untuk kuantitas yang lebih besar barang. Produsen menanggapi lebih banyak pesanan dengan memproduksi lebih banyak dan dengan demikian GNP mulai naik.
Sebagai GNP naik, disposable income juga naik yang menyebabkan kenaikan permintaan agregat juga. Dalam diagram, ini dipandang sebagai suatu gerakan sepanjang kurva AD dari Y 2 ke Y '. Namun, GNP naik di tingkat yang lebih cepat, di sepanjang garis Y = AD dalam diagram. Akhirnya, kenaikan penawaran agregat menangkap sampai dengan peningkatan permintaan ketika kesetimbangan dicapai pada Y '. Pada titik ini, permintaan agregat sama dengan penawaran agregat dan tidak ada penurunan lebih lanjut persediaan.
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Penciptaan atau pengadaan barang diawali oleh proses proses pengadaan yang di biayai oleh investasi. Besar kecilnya investasi nasional berdasarkan teori keynes sedikit banyak tergantung dari besar kecilnya tingkat tabungan nasional yang pola perilakunya bergantung pada tingkat suku bunga, sedangkan besar kecilnya tabungan bergantung pada besar kecilnya tingkat pendapatan nasional, sehingga dalam pasar barang yang sangat berperan adalah besar kecilnya tabungan dan investasi.
b) saran
Penulis sadar pembahasan keseimbangan pasar barang dalam makalah ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan , untuk itu kritik dan saran dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Untuk itu jika ada kesalahan dalam pembahasan penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
DAFTAR RUJUKAN
Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mankiw, Gregory. 2000. Teori makro ekonomi. Jakarta: Erlangga.
http.\\www.Wikipedia.com. ekonomi kesetimbangan. (Online), diakses tanggal 4 April 2010.
Salvotore, Dominick. 2006. Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar