Rabu, 14 Desember 2011

LUPA dan TRANSFER BELAJAR

LUPA dan TRANSFER BELAJAR
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dapat kita ambik garis besar pengertian dari Gulo dan Reber bahwa sebenarnya lupa bukanlah kita kehilangan item pemahaman baik informasi maupun pengetahuan, melainkan hanya ketridakmampuan kita mengeluarkan kembali apa yang telah kita pelajari dan kita amati dimasa yang lalu. Banyak sekali faktor penyebab lupa ini yang diantara lain adalah dibawah ini
Faktor-faktor Penyebab Lupa
a.          Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:
        Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. (Psychology Education, 2002)
        Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002)
b.    Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c.      Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang telah dipelajarinya, mereka akan lupa.
d.     Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan terlupakan.
e.      Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa (Hilgard & Bower 1975)
f.   Lupa tentu saja dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.
Pada penjelasan tersebut telah disebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa. Maka dengan kita mengetahui beberapa faktor tersebut semoga kita bisa mengantisipasi dengan melakukuan berbagai tindakan pencegahan/preventif. Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990),  berpendapat ada beberapa kiat untuk mengurangi lupa yaitu :

A.   Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Ini terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan
B.     Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
C.     Mnemonic device (muslihat memori) berarti kiat khusus yang diterjadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
D.    Clustering (pengelompokan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Misalnya daftar I mengelompokkan daftar nama-nama negara, daftar II singkatan lembaga negara, dan daftar III singkatan nama-nama lembaga internasional.

E.     Distributed practive (latihan terbagi) adalah latihan terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, yakni belajar banyak meteri secara tergesa-gesa dalam waktu yan singkat.
F.      The serial position effect (pengaruh letak bersambung) untuk memperoleh efek yang positif siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dsb) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
TRANSFER BELAJAR
Transfer belajar merupakan aplikasi yang efektif bagi kinerja seseorang dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh selama belajar. Pengetahuan dan keterampilan seseorang sebagai hasil belajar pada masa lalu sering kali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang. Transfer belajar adalah aplikasi ketrampilan dan pengetahuan mempelajari satu konteks diterapkan dengan konteks yang lain (Cormier& Hagman, 1987).Pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah menunjukkan terdapat hasil belajar (Winkel, 1999). Transfer belajar menunjuk pada kenyataan bahwa hasil belajar yang diperoleh, digunakan di suatu bidang atau situasi di luar lingkup bidang studi dimana hasil itu mula-mula diperoleh.Tranfer dalam belajar yang lazim juga transfer belajar (transfer of learning) itu mengandung arti pemindahan ketrampilan belajar dari situasi ke situasi lainnya, (rober 1988), peristiwa pemindahan pengaru (transfer) sebagai mana tersebut di atas pada umumnya atau hampir selalu membawa dampak baik positf maupun negatif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga transfer dapat di bagi atas dua kategori,yakni transfer positif dan transfer negatif. Tranfer positif biasanya terjadi apabila ada kesamaan element antara materi yang lama dengan materi yang baru.



Ragam Transfer Belajar
menurut gagne seorang education psikologis (pakar psikologi pendidikan)yang mahsur,transfer dalam belajar dapat di golongkan ke dalam empat kategori yakni:
1)      transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutya.
2)      transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan selanjutya.
3)      taransfer vertikal yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan atau keteramplan yang lebih tinggi.
4)      transfer lateral yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan atau keterampilan yang selanjutya

Transfer Belajar Positif dan Negatif
Transfer positif akan mudah terjadi pada diri seeorang siswa apabila situasi belajarya dibuat sama atau mirip dengan situsi yang sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian seperti inilah sebenarya secara umum adalah terciptanya sumberdaya manusia berkualitas yang aduktif.sementara itu,menurut teori yang dikembangkan Throndike apabila kedua materi pelajaran memiliki kesamaan unsur.
Singley dan Anderson ( 1989 ) dan Anderson ( 1990 ),sangat meragukan teori yang menganggap transfer sebagai peristiwa spontan dan mekanis (asal ada kesamaan elemen) seperti yang diyakini orang selama ini. Keaguan itu timbul karena para ahli kognitif (cognitivists) telahbanyak menemukan peristiwa transper positif yang sangat mencolok antara kedua keterampilan yang memiliki unsur yang sangat berbeda, namun memiliki struktur logika yang sama.
Transfer negatif, menurut Anderson (1990) dan Lewson (1991) tak perlu dirisaukan lantaran sangat jarang terjadi. Kesulitan belajar siswa yang selama ini diduga terjadi karena adanya transfer negatif, sebenarnya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Sementara ini gangguan komflik interferense.
Dalam proses belajar mengajar kita pasti tidak luput dari media pembelajaran yang menunjang proses transfer pengetahuan tersebut, media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, karena guru yang menghendakinya untuk melewati proses transfer pengetahuannya kepada peserta didik sebagai penyambung penyampaian pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.
Guru sadar bahwa dengan bantuan media instruksional, maka proes transfer pengetahuan kepada peserta didik akan lebih cepat terlaksana dan penyampaian materi lebih mudah dicerna dan difahami oleh peserta didik.
Untuk lebih mengarahkan peserta didik dalam hal menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru, tentu diperlukan sarana atau media instruksional yang tepat, relevan, terencana, berkualitas, serta berhasil guna dan berdaya guna, maka media instruksional ini mutlak ada.
Bahkan di bagi guru yang mengajar di daerah terpencil atau yang minim fasilitas wajib mengembangkan ide atau inisiatif untuk mengadakan media instruksional. Bahkan lingkungan hidup di sekitar peserta didik atau lingkungan sekolah dan lingkungan dalam kelaspun dapat dijadikan media instruksinal yang dpat menunjang lancarnya proses transfer belajar sehingga pengetahuan atau materi yang disampaikan dapat lebih mengena.
Penggunaan media instruksional ini dalam proses belajar mengajar dsangat mempunyai mempunyai nilai praktis seperti, media instruksional:
1. Dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa
2. Dapat mengatasi ruang kelas yang terbatas
3. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa, guru dan materi pembelajaran dan  dengan lingkungan
4. Menghasilkan keseragaman pengamatan dan pemahaman terhadap suatu materi atau indikator pembelajaran
5. Menanamkan konsep-konsep pengetahuan (kognitif) mendasar yang jelas, tepat dan benar atau kongkrit, dan realistis sesuai dengan tujuan instruksional
6. Membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar lebih terfokus pada materi yang disampaikan
7. Membangkitkan keinginan atau minat serta menimbulkan ide baru dan mampu merangsang peserta didik untuk lebih belajar lebih terkonsentrasi, serta
8. Dapat memberikan pengalaman belajar serta tertanam sikap yang terkoordinasi karena semuanya akan terarah secara integral.

            Dengan demikian media instruksional sebagai salah satu jembatan dalam penyampaian atau transfer pengetahuan sangatlah membantu dalam upaya mencapai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
            Oleh sebab itu pendidik baik itu guru maupun dosen wajib memiliki kompetensi dan skill dalam memilih dan menggunakan media pendidikan dan pengajaran karena di tangan merekalah nantinya pendidik membina peserta didiknya di lembaga pendidikan melalui proses kegiatan belajar mengajar.
            Peranan  media sangat besar sekali dalam pembelajaran, karena kalau tanpa media, siswa akan lambat memahami suatu pelajaran dan hal ini akan menghambat berjalannya proses pembelajaran. Dengan terhambatnya proses pembelajaran maka sudah barang tentu kualitas pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Secara definisi, LUPA (forgetting) adalah suatu kondisi dimana hilangnya suatu informasi (loss of information) yang telah disimpan (encoded, rehearsed, and storaged) dalam memori otak jangka panjang (long term memory). Ini adalah definisi dengan pendekatan kognitif.
Jadi dari definisi kompilasi diatas ada beberapa elemen penting yaitu :
informasi yang hilang.
informasi yang telah disimpan (melalui suatu proses).
long term memory.
Memori sendiri ada yang bernama Long Term Memory (LTM) atau tempat penyimpanan jangka panjang. LTM ini adalah tempat penyimpanan terakhir dari proses mengingat (remembering) sesuatu. Kapasitasnya besar tetapi tidak diketahui seberapa besar, bisa menampung apa saja asalkan sudah diberi makna (meaningful), dan mempunyai jaringan (network) antara satu informasi dengan informasi lainnya. Lupa terjadi karena proses penyimpanan pada LTM tidak dilakukan atau dilakukan secara tidak tepat/sempurna. Lupa jenis ini terjadi karena suatu informasi hanya disimpan pada Short Term Memory (STM) dan tidak diantarkan dengan mulus sampai LTM. Proses penyimpanan ke LTM bisa melalui beberapa cara misalnya dengan mengulang-ulang, memberikan makna subyektif pada informasi itu, atau yang lainnya. Lupa juga bisa terjadi karena adanya proses interference. Proses ini terjadi karena adanya pencampuran (mixing) antara berbagai informasi yang akan kita keluarkan. Informasi yang lama mengganggu informasi yang baru dan akhirnya menghilangkannya dan begitu juga sebaliknya. Ada 2 jenis interference yaitu retroactive interference dan proactive interference.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar