Rabu, 14 Desember 2011

perhitungan pendapatan nasional

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Jenis-Jenis Pendapatan Nasional
Istilah pendapatan nasional merupakan pengertian yang agak komplek. Dalam istilah pendapatan nasional terkandung lima tingkat pendapatan. Adapun lima tingkat pendapatan yang dimaksud adalah:

1.      Produk Nasional Kotor (Gross National Product)
GNP adalah jumlah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat dalam waktu satu tahun berdasarkan harga pasar yang berlaku. Dalam . GNP berdasarkan harga pasar, haruslah diperhatikan jangan sampai terjadi perhitungan ganda(double accounting). Dalam konsep GNP ini meliputi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga negara suatu negara, baik yang ada didalam negeri ataupun yang ada diluar negeri.

KESEIMBANGAN PASAR BARANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
ekonom klasik seperti Adam Smith berpendapat bahwa pasar bebas akan cenderung ke arah keseimbangan ekonomi melalui mekanisme harga. “That is, any excess supply (market surplus or glut) would lead to price cuts , which decrease the quantity supplied (by reducing the incentive to produce and sell the product) and increase the quantity demanded (by offering consumers bargains), automatically abolishing the glut”. Artinya, ada kelebihan pasokan (surplus pasar atau kekenyangan) yang akan menghasilkan potongan harga, penurunan jumlah yang ditawarkan (dengan mengurangi insentif untuk memproduksi dan menjual produk) dan meningkatkan kuantitas yang diminta (dengan menawarkan konsumen tawar-menawar), secara otomatis akan menghapuskan kekenyangan. Demikian pula, dalam pasar bebas, setiap permintaan berlebih (atau kekurangan) akan menyebabkan kenaikan harga, mengurangi kuantitas yang diminta (sebagai pelanggan adalah harga keluar dari pasar) dan meningkatkan jumlah yang ditawarkan (sebagai insentif untuk memproduksi dan menjual produk naik). Seperti sebelumnya, disekuilibrium (di sini, kekurangan) menghilang. Penghapusan ini otomatis membedakan situasi pasar dari perencanaan pusat skema, yang sering mengalami kesulitan mendapatkan harga yang tepat dan menderita kekurangan terus-menerus dari barang dan jasa.
Pandangan ekonomi klasik tersebut diserang oleh 2 pandangan yang berbeda yaitu, aliran utama ekonomi modern, Poin untuk kasus-kasus di mana kesetimbangan tidak sesuai dengan kliring pasar (tetapi bukan untuk pengangguran ), seperti dengan hipotesis efisiensi upah di ekonomi tenaga kerja. Dalam beberapa hal paralel adalah fenomena penjatahan kredit , di mana bank mempertahankan suku bunga rendah untuk menciptakan kelebihan permintaan untuk pinjaman, sehingga mereka bisa memilah dan memilih siapa yang meminjamkan kepada bank. Lebih jauh, keseimbangan ekonomi bisa sesuai dengan monopoli , di mana perusahaan monopoli menjaga kekurangan buatan untuk menopang harga dan memaksimalkan keuntungan.
 Di sisi lain, sekolah Austria dan Joseph Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka pendek adalah ekuilibrium pernah dicapai karena semua orang selalu berusaha mengambil keuntungan dari sistem harga dan sebagainya selalu ada dinamika dalam sistem. kekuatan pasar yang bebas itu tidak menciptakan statis atau ekuilibrium umum tetapi dalam mengatur sumber daya untuk memenuhi keinginan individu dan menemukan metode terbaik untuk membawa perekonomian ke depan.


1.2  Rumusan Masalah
A.    Apa yang dimaksud dengan pasar barang dan bagaimana kurva yang terbentuk?
B.     Bagaimana pandangan Islam terhadap pasar barang dan kurva yang terjadi?
C.     Apa saja yang mempengaruhi keseimbangan pasar barang?
1.3  Tujuan Pembahasan
A.    Untuk mengetahui pengertian pasar barang dan bentuk kurva yang terbentuk.
B.     Untuk mengetahui pandangan islam terhadap pasar barang dan kurva yang terjadi.
C.     Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan pasar barang.








PEMBELAJARAN PADA ANAK SD

PEMBELAJARAN PADA ANAK SD

Pembelajaran Aktif Pada Anak SD
Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi adalah cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran di Indonesia adalah kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru tidak/jarang menggunakan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna. Oleh karena itu paradigma lama di mana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa atau pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif (active learning) adalah istilah umum yang menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya seperti orang, tempat, sesuatu hal, kejadian atau peristiwa yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari anak. Mereka harus belajar dari pengalaman langsung dan konkrit (misalnya mengukur luas, menanam bunga, membuat denah, membuat karangan, dan sebagainya) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya (misalnya membaca buku, melihat berita di TV, mengunjungi museum). Keterlibatan aktif dengan benda dan gagasan ini mendorong anak aktif berfikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.
Pembelajaran yang aktif, merupakan proses pembelajaran di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya. Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Sedangkan proses pembelajaran yang menyenangkan, berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatianya secara penuh pada belajarnya. Hal ini membutuhkan kreativitas guru untuk dapat menghidupkan suasana belajar mengajar sehingga menjadi tidak membosankan bagi para siswanya. “Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai”.

LUPA dan TRANSFER BELAJAR

LUPA dan TRANSFER BELAJAR
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dapat kita ambik garis besar pengertian dari Gulo dan Reber bahwa sebenarnya lupa bukanlah kita kehilangan item pemahaman baik informasi maupun pengetahuan, melainkan hanya ketridakmampuan kita mengeluarkan kembali apa yang telah kita pelajari dan kita amati dimasa yang lalu. Banyak sekali faktor penyebab lupa ini yang diantara lain adalah dibawah ini
Faktor-faktor Penyebab Lupa
a.          Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:
        Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. (Psychology Education, 2002)
        Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002)
b.    Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c.      Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang telah dipelajarinya, mereka akan lupa.
d.     Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan terlupakan.
e.      Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa (Hilgard & Bower 1975)
f.   Lupa tentu saja dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.
Pada penjelasan tersebut telah disebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa. Maka dengan kita mengetahui beberapa faktor tersebut semoga kita bisa mengantisipasi dengan melakukuan berbagai tindakan pencegahan/preventif. Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990),  berpendapat ada beberapa kiat untuk mengurangi lupa yaitu :

kurikulum

KATA PENGANTAR
 Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menengah menuntut cara pandang yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan. Kini, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kondisi demikian memungkinkan adanya perbedaan muatan dan pelaksanaan kurikulum antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada.  Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.  Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.  Sebagai acuan, standar isi masih perlu ditelaah. Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang ada-tidaknya rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah dikembangkan oleh satuan pendidikan juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kemungkinan keterlaksanaannya. Penelaahan standar isi dan kurikulum dilakukan melalui berbagai tahapan kegiatan pengkajian keduanya.  Hasil pengkajian antara lain berupa naskah akademik :
1. Kajian Kebijakan Kurikulum PAUD
2. Kajian Kebijakan Kurikulum SD
3. Kajian Kebijakan Kurikulum SMP
4. Kajian Kebijakan Kurikulum SMA
5. Kajian Kebijakan Kurikulum SMK
6. Kajian Kebijakan Kurikulum Kesetaraan Dikdas
7. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama
8. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kewarganegaraan
9. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa
10. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika
11. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA
12. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS
13. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan
14. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kesenian
15.  Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK
16. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani 

Salah satu hasil kajian tersebut di atas adalah Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum SMP.
Hasil kajian ini memberikan gambaran tentang muatan naskah standar isi dan kurikulum sebagai bahan usulan bagi perumusan kebijakan pendidikan lebih lanjut.  Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasaldari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, naskah akademik ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.   Kepala Pusat Kurikulum  Badan Penelitian dan Pengembangan  Depdiknas, Diah Harianti

ABSTRAK 
Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan, salah satunya adalah standar isi. Rumusan-rumusan standar isi seharusnya bersifat konseptual, fundamental, esensial, bermakna, akurat, konsisten dan praktis guna mencapai Tujuan Pendidikan Nasional. Sejauh ini standar isi yang telah diimplementasikan oleh beberapa satuan pendidikan antara lain SMP, belum diketahui bagaimana keterlaksanaannya di lapangan. Kegiatan pengakajian standar isi dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui berbagai permasalahan berkenaan dengan implementasinya pada satuan pendidikan. Pengkajian standar isi bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keunggulan dan kelemahan standar isi SMP ditinjau dari pelaksanaannya maupun isi dan kesimpulan tentang naskah standar isi dan implementasinya yang hasilnya dapat memberikan saran bagi pembuat kebijakan tentang pendidikan.  Kegiatan dilaksanakan dengan standar isi dan kajian empiris implementasi standar isi. Pengkajian standar isi mencakup: kerangka dasar, struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Seluruh aktivitas pengkajian dilakukan melalui penugasan individual yang dilanjutkan dengan diskusi dengan melibatkan guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen dari UNJ serta UPI.  Temuan yang didapatkan pada pengkajian standar isi yakni: komponen pada SI belum mencerminkan secara utuh sebagai komponen yang membangun kerangka dasar kurikulum, terminologi penamaan kelompok mata pelajaran menimbulkan kerancuan pemaknaan, urgensi pengelompokkan mata pelajaran kurang kokoh, rumusan prinsip pelaksanaan kurikulum masih terlalu umum, penetapan alokasi setiap mata pelajaran belum didukung oleh pemetaan substansi yang membangun ’body of knowledge’ setiap mata pelajaran, informasi tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi IPA terpadu dan IPS terpadu serta jam praktikum yang tertera pda struktur kurikulum belum jelas, beban belajar belum mengakomodasi kebutuhan jam praktikum beberapa mata pelajaran, program sks belum dilengkapi dengan suplemennya, alokasi waktu maksimum pada kalender pendidikan 55 minggu melebihi jumlah minggu pertahun, komposisi minggu efektif belajaar pada semester ganjil dan genap belum diatur. Rekomendasi dari hasil pengkajian adalah dokumen standar isi perlu direvisi meliputi: penambahan komponen fundamental pada kerangka dasar, pelurusan konsep kelompok mata pelajaran, memperjelas rumusan prinsip pengembangan dan prinsip pelaksanaan kurikulum, menyusun peta materi/topik/konsep mata pelajaran untuk menetapkan alokasi waktunya, informasi lebih operasional tentang muatan lokal; pengembangan diri; substansi IPA terpadu dan IPS terpadu, menetapkan jam praktikum secara lebih operasional, melakukan kajian teoritis tentang kurikulum, kajian naskah pendistribusian minggu efektif untuk semester ganji dan semester genap.

PERKEMBANGAN JIWA DEWASA

PERKEMBANGAN JIWA DEWASA
Seseorang setelah usai melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja, akan berlanjut pada perkembangan masa jiwa. Saat remaja adalah masa dimana seorang individu sedang mencari dimana jati dirinya. Masa dimana seorang individu mulai dihadapkan dengan berbagai permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Pergaulan yang baik akan membawa seorang remaja pada perkembangan yang baik pula, sebaliknya pergaulan yang tidak baik akan membawa seorang pada perkembangan yang tidak baik pula. Setelah seorang remaja menemukan jati diri yang sesungguhnya dalam perkembangan yang selanjutnya akan lebih mudah dalam membentuk kematangan jiwanya. Orang dewasa adalah pribadi yang matang dan independen, mereka telah mengalami beberapa tahapan proses psikologis yang berbeda dari psikologis anak-anak. Mereka telah memiliki standar sendiri, memiliki pengalaman dan butuh penghargaan. Schaie & Willis (1991) menyatakan bahwa “tidaklah mudah untuk mendefiniskan bahwa seseorang sudah menjadi dewasa, karena tidak ada kondisi yang sama persis yang dapat diterapkan pada semua orang”. Hurlock (1990) mendefinisikan “dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya”.
Berikut ini tiga tingkatan masa dewasa menurut Elizabeth B. Hurlock: